sfidn - Pengertian dan Perbedaan Suplemen BCAA dan Suplemen Amino

Pengertian dan Perbedaan Suplemen BCAA dan Suplemen Amino

sfidn.com - Protein merupakan salah satu makronutrien yang penting untuk manusia. Di kutip dari wikipedia, makronutrien berasal dari kata makro yang berarti banyak dan nutrien yang berarti suatu zat yang dimanfaatkan oleh tubuh untuk proses metabolisme. Sehingga makronurien bisa diartikan nutrisi atau zat gizi dalam skala besar yang mampu menyediakan energi bagi tubuh kita dalam proses metabolisme. Terdapat 3 jenis makronutrien yang dibutuhkan oleh tubuh, yaitu karbohidrat, lemak, dan protein. Manusia membutuhkan ketiga makronutrien tersebut dalam jumlah yang besar dan ketiga sumber makronutrien tersebut bisa kita temukan pada produk hewani dan nabati. Dikutip dari University of Illinois McKinley Health Center, tubuh manusia membutuhkan makronutrien dalam jumlah yang besar agar mampu menopang kehidupannya dan protein adalah salah satu yang tidak boleh dilewatkan, karena setiap gram dari protein sama dengan 4 kalori.

Protein tersusun dari berbagai kandungan asam amino yang diikat dengan peptida, maka tak heran ketika satu atau lebih asam amino bertahan dalam satu rantai, asam amino tersebut dikatakan sebagai polipeptida. Proses penyusunan asam amino pada rantai poliptida ini disebut sebagai sintesis protein dengan melibatkan DNA (Deoxyribonucleic acid) dan RNA (Ribonucleic acid). Hal tersebut didukung oleh Kafri M, dalam artikelnya, The Cost of Protein Production dan dipublish oleh Cell Press yang menjelaskan bahwa sintesis protein merupakan suatu proses dalam mengubah  asam amino yang berbentuk linear dalam tubuh menjadi protein, Proses tersebut melibatkan DNA, RNA dan enzim. 

Ada berbagai pernyataan tentang banyaknya jenis asam amino sebagai pembentukan protein dan yang paling sering disebutkan adalah 20. Secara kimia, unsur utama dalam penyusunan protein terdiri dari karbon (C), hidrogen (H), nitrogen (N), oksigen (O), Sulfur (S) atau Fosfor (P). Hal tersebut di dukung oleh National Institutes of Health  yang mengatakan bahwa asam amino merupakan suatu komponen untuk membentuk protein dan protein adalah komponen utama dalam massa pembentukan massa otot.

Seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, kini kita bisa menemukan banyak perusahaan yang memproduksi berbagai jenis suplemen untuk meningkatkan massa otot, salah satunya adalah suplemen asam amino dan suplemen BCAA. Para produsen tersebut menciptakan suplemen tersebut demi memenuhi kebutuhan mereka yang ingin fokus dalam meningkatkan massa otot. Lantas apa perbedaan dari kedua jenis suplemen ini? Bagaimana pandangan para peneliti tentang hasil yang telah mereka lakukan tentang suplemen asam amino dan BCAA pada manusia?

A. Pengertian Asam Amino

Asam amino adalah berbagai zat penyusun protein yang memiliki kandungan gugus amino dan karboksil, senyawa ini memiliki peranan yang penting dalam tubuh. Tubuh membutuhkan setidaknya 20 jenis kandungan asam amino yang berbeda agar bisa diikat menjadi peptida, peptida yang telah banyak selanjutnya akan diikat menjadi polipeptida.  Banyak para atlit yang memeuhi kebutuhan asam amino dalam tubuhnya untuk meningkatkan sekresi hormon anabolik, memodifikasi penggunaan bahan bakar selama latihan, mencegah efek buruk dari overtraining, dan mencegah kelelahan mental. Namun, fungsi asam amino tidak hanya untuk itu saja, mengutip dari healtline.com,  asam amino ternyata tidak hanya berperan penting dalam penyusunan protein, namun juga berperan dalam sintesis hormon dan juga neuritransmiter. Kualitas dari suatu protein bisa dinilai dengan membandingkan berbagai jenis asam amino yang menyusun protein tersebut.

José Miguel Martínez Sanz dalam jurnal Nutrition and Enhanced Sports Performance  yang diterbitkan Elsevier, inc. mengatakan kita bisa menemukan banyak asam amino di luar sana, namun hanya 20 jenis asam amino yang mampu dijadikan oleh tubuh untuk membangun protein. Ke-20 asam amino tersebut adalah alanin, arginin, asparagin, asam aspartat, sistein, glutamin, asam glutamat, glisin, histidin, isoleusin, leusin, lisin, metionin, fenilalanin, prolin, serin, treonin, triptofan, tirosin, dan valin. Para ahli dan peneliti kemudian mengkategorikan asam amino berdasarkan fungsinya, termasuk apakah tubuh bisa mendapatkan asam amino ketika sedang diet. Mengutip dari aminoacidsguide.com, para ilmuan membagi asam amino menjadi tiga jenis:

  • Asam amino Non-esensial
  • Asam amino Kondisional
  • Asam amino Esensial

    1. Asam Amino Non-Esensial

Asam amino non-esensial memiliki peranan yang penting dalam memproduksi protein dan fungsi tubuh lainnya. Mereka dapat disintesis oleh tubuh manusia secara alami. Hal ini di dukung oleh pernyataan dari Pere Puigserver dalam bukunya Signaling Transduction And Metabolomics. Didalamnya, Pere mengatakan bahwa Asam amino nonesensial disintesis oleh sebagian besar sel, termasuk garis keturunan hematopoietik. Hematopoietik adalah berbagai sel sumsum tulang yang merupakan tempat produksi sel darah merah, putih, dan keping darah. Berdasarkan data yang dikeluarkan WHO tahun 2007 berbagai asam amino non-esensial tersebut meliputi Alanine, Asparagine, Aspartic Acid, dan Glutamic Acid.

        1.1 Alanin

Alanine memainkan peran penting dalam memproduksi dan merubah glukosa menjadi energi. Beberapa orang mengonsumsi suplemen alanin ketika kadar gula darahnya turun. Sementara sebagian yang lain meminumnya ketika mereka tidak mendapatkan banyak protein dalam makanan mereka. Selain itu, Alanin, glisin, dan asam glutamat juga dapat meredakan gejala prostat yang membesar ketika diminum setiap hari. Hal tersebut telah diteliti oleh Shiga H. daalam artikelnnya, Amino Acid Therapy For Hypertrophy Of The Prostate yang diterbitkan dalam jurnal Hinyokika Kiyo. Di dalamnya, Shiga menyimpulkan bahwa L-alanin dapat mengurangi pembengkakan jaringan kelenjar dan bahkan berguna dalam pengobatan kanker prostat dengan dosis masing-masing sekitar 300-400 miligram. Makanan yang memiliki kandungan alanin adalah produk olahan kacang kedelai, telur, daging kalkun, daging sapi, ikan, dan babi.

        1.2 Asparagin

Selain penting untuk fungsi dan struktur protein, asparagin diperlukan untuk perkembangan dan fungsi otak. Selain itu, asparagin juga memainkan peran penting dalam sintesis amonia.  Dikutip dari wikipedia.com, Amonia merupakan senyawa kimia berupa gas dengan bau yang menyengat. Kadar Amonia yang terlalu sedikit dapat menyebabkan gejala yang meliputi sakit kepala, depresi, lekas marah, kebingungan mental, dan psikosis. Tubuh biasanya tidak memerlukan tambahan asparagine dari luar karena mampu diproduksi sendiri didalam tubuh. selain itu, asparagine juga mampu melawan sel kanker, penelitian yang dilakukan oleh Abigail S. Krall di University of California dan telah diterbitkan dalam jurnal Nature Communication melaporkan bahwa Asparagine dapat berperan dalam melawan perkembangan sel kanker yang menyebar di dalam tubuh. Makanan yang mengandung asparagine adalah olahan kacang kedelai, asparagus, kentang, kacang-kacangan, biji-bijian, produk olahan susu,  telur, daging sapi, ayam, kalkun, dan ikan.

        1.3 Aspartic Acid

Aspartic acid atau Asam aspartat adalah suatu prekursor untuk beberapa jenis asam amino esensial, seperti:  metionin, treonin, isoleusin, dan lisin. Pekursor adalah zat biokimia, seperti senyawa perantara dalam rantai reaksi enzimatik untuk menghasilkan zat yang lebih stabil atau pasti. Tubuh dapat mensintesis asam aspartat dari oksaloasetat dan tubuh biasanya tidak memerlukan tambahan asam aspartat dari luar. Aspartat adalah basa konjugat dari asam aspartaty yang dibentuk dari pelepasan proton. Aspartat menstimulasi reseptor NMDA (N-methyl-D-aspartate) yang berhubungan dengan neurotransmitter glutamat. Makanan yang memiliki kandungan asam aspartat adalah produk olahan kedelai, biji-bijian, telur, ikan, dan daging sapi.

        1.4 Asam Glutamat

Asam glutamat bertindak sebagai neurotransmitter yang erat kaitannya dengan pembelajaran, memori, bahasa, dan komunikasi. Glutamat selain dapat di produksi sendiri oleh tubuh, juga bisa ditemukan pada makanan dengan kandungan protein yang tinggi seperti produk olahan kedelai, kol, tomat, brokoli, selai kacang, produk susu olahan, telur, ayam, kalkun, daging sapi, babi, ikan. Selain itu, Glutamat memiliki kelompok metilen tambahan yang tergabung dalam rantai samping asam aspartat. Dikutip dari wikipedia, unsur garam yang berasal dari asam glutamat, yang biasa disebut dengan mononatrium glutamat, monosodium glutamat, MSG, vetsin, atau mecin sangat terkenal dalam dunia masak di Indonesia ataupun Asia Timur sebagai bahan penyedap masakan.

    2. Asam Amino Kondisional

Asam amino kondisional merupakan asam amino yang biasanya dapat disintesis atau diproduksi oleh tubuh manusia. Namun, dalam kondisi tertentu seperti saat sakit atau stres, tubuh mungkin tidak dapat, atau mungkin terbatas dalam mensintesis asam amino tersebut. Beberapa asam amino tersebut adalah arginin, glutamin,  prolin, serin, tirosin, glycine, dan sistein (WHO 2007)

        2.1 Arginin

Arginin berperan penting dalam melepaskan hormon, pemecahan sel, penyembuhan luka, meningkatkan sistem kekebalan tubuh, dan mengurangi amonia yang berlebih dari tubuh. Arginin juga dapat membantu mengobati angina, penyakit arteri koroner, arteri yang tersumbat, dan penyakit pembuluh darah perifer. Arginin pun mampu meningkatkan pembentukan oksida nitrat dan mengurangi tekanan darah. Mary Ellen dalam artikelnya mengatakan bahwa arginin adalah satu-satunya asam amino penghasil oksida nitrat, 40% arginin yang dicerna dipecah oleh usus dan hati, dan beberapa diantaranya di ubah menjadi okisda nitrat.  Beberapa atlet mengatakan arginin mampu meningkatkan aliran darah dan membantu meningkatkan performa mereka.

Dalam kondisi normal, biasanya tubuh manusia mampu mensintesis arginin, namun berbeda pada bayi prematur. Mereka tidak mampu memproduksi arginin karena tubuh mereka menganggap bahwa arginin adalah asam amino esensial. Oleh karena itu, mereka membutuhkan asupan arginin dari luar. Beberapa makanan yang memiliki kandungan arginin adalah kedelai, spirulina, gelatin, bayam, kacang tanah, udang, kepiting, kalkun, dan daging ayam.

        2.2 Glutamin

Glutamin adalah asam amino yang memiliki berbagai fungsi penting untuk tubuh, seperti sintesis protein, sintesis lipid, mengurangi amonia dari tubuh, serta menjaga keseimbangan asam-basa dari cairan tubuh.  Grant Tinsley, PhD. dalam artikelnya yang di terbitkan dalam healthline.com mengatakan bahwa Glutamin merupakan asam amino yang memiliki dua bentuk, L-glutamin dan D-glutamin. Tubuh biasanya mampu mensintesis L-glutamin, tetapi ketika sedang stress, produksi glutamin akan berkurang. Glutamin bisa ditemukan pada pada berbagai makanan nasi putih, tahu, telur, jagung, susu skim, jagung, dan daging.

        2.3 Prolin

Fungsi terpenting prolin adalah untuk memproduksi protein. Tubuh manusia secara alami dapat mensintesis prolin dari glutamat. Namun, pada saat sakit dan stress tubuh mungkin tidak dapat memproduksinya dan itu harus diperoleh dari makanan atau suplemen. Makanan yang memiliki kandungan prolin diantaranya adalah gelatin, produk olahan kedelai, kubis, bayam, yogurt, keju, susu murni, daging ayam, sapi, dan babi.

        2.4 Serine

Serine memiliki peranan penting dalam sistem metabolisme tubuh dan sintesis protein. Berkurangnya kadar serin dalam tubuh sangat jarang terjadi, namun ada kondisi dimana tubuh seseorang kekurangan kadar serin akibat masalah dalam biosintesis serin seperti kelainan metabolisme bawaan yang dapat menyebabkan masalah mental yang parah. Mereka yang kekurangan serine bisa mengonsumsi suplemen atau makanan seperti kacang kedelai, kacang-kacangan, keju, susu murni, telur, ikan, babi, sapi.

        2.5 Tirosin

Tirosin adalah asam amino yang penting untuk mensintesis protein dan bertindak sebagai prekursor untuk neurotransmitter dopamin agar diubah menjadi norepinefrin (noradrenalin), kemudian epinefrin (adrenalin). Tirosin biasanya dapat disintesis di dalam tubuh dari fenilalanin tetapi tidak untuk para penderita Phenylketonuria (PKU). Mereka yang tidak mendapatkan fenilalanin yang cukup juga berpotensi memerlukan tirosin tambahan. Untuk itu, dibutuhkan tirosin tambahan dari asupan makanan atau suplemen. Suplemen tirosin dapat meningkatkan kognisi, meningkatkan energi, mengurangi kecemasan, mengurangi depresi, dan mengurangi tingkat rasa sakit. Sedangkan makanan yang mengandung tirosin termasuk produk kedelai, kacang-kacangan, buah alpukat, pisang, telur, olahan susu, daging ikan, kalkun, ayam, babi, dan sapi.

        2.6 Glycine

Glycine adalah asam amino non-esensial yang juga berfungsi sebagai neurotransmitter dan memiliki efek menenangkan sistem saraf pusat. Penelitian yang dilakukan oleh Jaromir Hons dalam Journal of Psychiatric Research mengatakan bahwa mengonsumsi glycine dengan dosis sebesar 15.000 mg atau lebih dapat mengurangi gejala skizofrenia. Dosis sekitar 100-500 mg dapat menenangkan dan meningkatkan kognisi dan dosis yang lebih besar dari 500-3000 miligram biasanya akan menyebabkan tidur. Oleh sebab itu, beberapa orang ada yang mengonsumsi suplemen glisin untuk meningkatkan kualitas tidurnya. Makanan dengan kandungan glisin bisa ditemukan pada biji wijen, produk olahan kedelai, bayam, kembang kol, labu, pisang, buah kiwi, mentimun, telur, daging babi, ayam, kalkun, daging sapi, dan makanan laut.

        2.7 Sistein

Sistein memiliki beberapa fungsi penting termasuk menjadi prekusor glutathione. Mengutip dari webmd.com, mengonsumsi suplemen sistein dapat mengurangi rasa mabuk yang parah dan mengurangi terjadinya kerusakan hati karena mengonsumsi alkohol. Namun, mengonsumsi sistein dalam dosis yang berlebih juga dapat menyebabkan efek samping seperti pusing, kantuk, dan kelelahan. Makanan yang memiliki kandungan sistein meliputi produk olahan kedelai, lobak, bawang putih, bawang merah, brokoli, gandum, produk susu olahan, telur, daging sapi, babi, ayam, kalkun, dan ikan.

    3. Asam amino Esensial

Asam amino esensial adalah asam amino yang tidak dapat disentesis oleh tubuh atau tidak bisa diproduksi sendiri oleh tubuh. Oleh karena itu, tubuh memperlukan asupan dari luar untuk memenuhi kebutuhan asam amino esensial. Helsmentine mengatakan dalam artikelnya yang berjudul “What are the essential amino acids? About education bahwa dari total 20 jenis asam amino, ada 9 jenis asam amino esensial di dalamnya. Dalam buku Protein And Amino Acid Requirements In Human Nutrition yang diterbitkan oleh WHO menjelaskan bahwa Asam amino essensial tersebut berupa histidine, lysine, methionine, phenylalanine, threonine, tryptophan, isoleucine, leucine, dan valine. Ke sembilan asam amino ini juga biasa disebut dengan Essential Amino Acid atau disingkat  EAA.

        3.1 Histidin

Histidin dibutuhkan oleh tubuh manusia untuk memanfaatkan mineral seperti zat tembaga, zat besi, magnesium dan zinc. Histidin dapat meningkatkan kognisi, meningkatkan kesadaran, membantu pencernaan, dan membantu membersihkan tubuh dari zat logam yang berbahaya. Untuk beberapa orang, mengonsumsi kandungan histidin dapat membantu mengobati gejala alergi dan mengurangi rasa sakit rheumatoid arthritis. Selain itu, histidin juga merupakan prekursor untuk histamin. Histamin bertindak sebagai neurotransmitter dan penggerak inflamasi dalam membantu respon imun, dimana histidin mampu membantu mempertahankan tubuh dari zat berbahaya seperti bakteri dan virus. Penambahan Vitamin B6 mampu membantu mengubah histidin menjadi histamin dalam tubuh. Sumber makanan dengan kandungan histidin bisa ditemukan pada produk olahan kedelai, kacang-kacangan, biji-bijian, keju, telur, daging babi, kalkun, domba, ayam, ikan, dan sapi.

        3.2 Lisin

Lisin dibutuhkan oleh tubuh untuk berbagai proses termasuk produksi bahan kimia penting seperti antibodi, enzim, dan hormon. Lisin juga diperlukan untuk membangun proses sintesis protein, penyerapan kalsium, pemulihan cedera dan pemulihan pasca operasi. Beberapa orang mengonsumsi suplemen lisin untuk mengurangi kecemasan, dan juga mengobati luka dingin (herpes simplex). W.Gifford-Jones, MD dalam artikelnya yang di terbitkan dalam naturalfoodpantry.ca mengatakan bahwa mengonsumsi lisin dalam dosis yang besar dan vitamin C sangat berguna untuk mengobati penyakit jantung, hal tersebut biasa dikenal dengan Pauling. Sumber makanan yang mengandung lisin bisa ditemukan pada produk kedelai olahan, biji-bijian, kacang-kacangan, keju, telur, daging ayam, kalkun, ikan, sapi, dan babi.

        3.3 Metionin

Metionin memiliki peran penting dalam berbagai fungsi sel dan dalam memproduksi pembuluh darah baru. Metionin juga mempu mempercepat pemulihan karena luka, mengobati overdosis asetaminofen dan gangguan liver. Metionin sangat aman bila diminum dalam jumlah yang sewajarnya atau yang biasa ditemukan dalam makanan. Namun pada beberapa orang, metionin dapat menyebabkan sakit kepala, mulas, mual, diare, pusing, atau kantuk. Mengonsumsi metionin dalam dosis yang berlebih atau terus-terusan di konsumsi dalam jangka waktu yang panjang juga sangat tidak disarankan karena mampu menyebabkan kerusakan otak dan bahkan kematian. Dosis Metionin yang berlebih juga dapat meningkatkan kadar homosistein dalam darah, yaitu zat kimia yang dapat menyebabkan penyakit jantung. Metionin juga dapat meningkatkan pertumbuhan beberapa tumor. Makanan yang mengandung metionin bisa ditemukan pada kacang-kacangan, telur, produk olahan susu, ikan, ayam, kalkun, daging sapi, babi.

        3.4 Fenilalanin

Fenilalanin memiliki banyak peran penting dalam tubuh seperti sebagai prekusor neurotransmiter dopamin, norepinefrin, dan epinefrin. Dalam tubuh. fenilalanin dikonversi menjadi tirosin. Fenilalanin dan tirosin sering digabungkan pada suatu suplemen untuk menstimulasi sesorang agar bisa meningkatkan kualitas tidurnya. Suplemen dengan kandungan fenilalanin kerap digunakan untuk mengobati gejala kecemasan, depresi, dan vitiligo. Fenilalanin dapat ditemukan pada produk olahan kedelai, kacang-kacangan, olahan susu, telur, daging sapi, ayam, dan ikan.

        3.5 Threonin

Threonine merupakan prekursor dari glisin. Glycine adalah asam amino yang juga bertindak sebagai neurotransmitter yang memiliki efek menenangkan pada tubuh. Threonine memiliki peranan penting dalam tubuh termasuk dalam sistem metabolisme dan sistem kekebalan tubuh. Makanan yang mengandung threonine adalah olahan kedelai, biji-bijian, kacang-kacangan, keju, daging kalkun, ayam, ikan, babi, sapi.

        3.6 Tryptophan

Tryptophan adalah prekursor serotonin (neurotransmitter), melatonin (hormon), dan niasin (vitamin B3). Mereka yang mengonsumsi suplemen tryptophan bertujuan untuk mengatasi beberapa gangguan kesehatan mental, untuk membantu berhenti merokok, untuk meningkatkan performa atletik, dan untuk gejala emosional pada orang-orang dengan gangguan dysphoric pramenstruasi (PMDD). Tubuh dengan kadar tryptophan rendah dapat menyebabkan berkurangnya serotonin, yang dapat menyebabkan gangguan dalam berpikir, depresi, dan gangguan pencernaan. Makanan yang mengandung triptofan termasuk spirulina, produk kedelai, bayam, biji, kacang-kacangan, keju, telur, daging sapi, babi, ayam, kalkun.

        3.7 Leusin

Leusin merupakan asam amino terpenting untuk proses sintesis protein dan berbagai fungsi metabolisme tubuh seperti membantu dalam mengatur kadar gula darah, meningkatkan pertumbuhan dan pemulihan jaringan otot serta tulang. Asam amino ini juga mampu mencegah terjadinya pemecahan protein otot yang disebabkan oleh cedera atau stres. Selain itu, Leucine mungkin bermanfaat bagi orang yang menderita fenilketonuria. Leucine tidak hanya bisa digunakan untuk membangun otot, tetapi juga untuk menurunkan berat badan. Berbagai penelitian telah mengungkapkan bahwa asam amino ini mampu membakar lemak tanpa membakar otot dengan menyisakan protein otot dan membiarkannya untuk membantu membangun dan meningkatkan massa otot. Para peneliti juga telah mengkonfirmasi bahwa orang yang menjalankan diet kaya protein, termasuk memenuhi kadar Leucine-nya, mampu membakar lemak tubuh lebih banyak dengan tetap mempertahankan massa ototnya. Makanan yang memiliki kandungan leucine diantaranya adalah telur, olahan kedelai, keju, ayam, ikan, kalkun, daging sapi, dan babi.

        3.8 Isoleusin

Pada dasarnya, Isoleusin dikenal luas sebagai asam amino yang mampu meningkatkan daya tahan dan membantu memulihkan jaringan otot yang rusak. Para atlet professional dan mereka yang sedang meningkatkan massa ototnya sangat disarankan untuk memenuhi kebutuhan iseleusin tubuhnya karena fungsi utama Isoleusin dalam tubuh adalah untuk meningkatkan energi dan untuk membantu tubuh pulih dari aktivitas fisik yang berat.

Isoleusin juga berperan penting dalam sintesis hemoglobin, serta dalam pengaturan gula darah dan energi. Studi mengungkapkan bahwa asam amino ini memiliki toksisitas yang sangat rendah pada tingkat farmatologis hingga 8% dari konsentrasi larutan pada tikus. Isoleusin juga membantu mampu mencegah terjadinya kehilangan massa otot. Selain itu, ada bukti substansial yang melaporkan dalam literatur bahwa keluarga asam amino rantai cabang ini memiliki efek anabolik pada sintesis protein otot. Itulah mengapa suplemen dengan Isoleusin dapat secara positif mempengaruhi peningkatan kadar protein otot dalam tubuh manusia yang menderita kehilangan protein otot.  Makanan yang memilki kandungan isoleusin bisa ditemukan pada olahan kedelai, spirulina, lentil, spageti, kacang tanah, telur, keju, daging kalkun, ayam, ikan, dan sapi.

         3.9 Valine

Valine merupakan asam amino yang mampu membantu mencegah kerusakan otot karena mampu memenuhi asupan kebutuhan otot dengan glukosa ekstra yang bertanggung jawab untuk memproduksi energi selama melakukan kegiatan. Valin juga sangat penting untuk membantu kelancaran sistem saraf dan fungsi kognitif. Selain itu, para peneliti juga membuktikan bahwa valine mampu membantu meringankan gangguan otot, dan menjadi penekan nafsu makan yang efektif. Asam amino ini juga mampu meningkatkan sistem kekebalan tubuh, tetapi manfaat terbesar valine akan sangat terasa oleh para atlet yang melakukan olahraga aktif dan binaraga, karena asam amino ini penting untuk pemulihan jaringan otot, metabolisme otot, dan meningkatkan daya tahan dalam berolahraga. Makanan dengan kandungan valine bisa ditemukan pada kacang merah, sayuran berdaun, daging unggas dan susu.

Kesimpulan

Seperti yang sudah dijelaskan diatas, kandungan asam amino bisa kita dapatkan dari berbagai sumber makanan. Namun, kita juga masih bisa mendapatkan kandungan asam amino dari suplemen agar berbagai manfaatnya bisa lebih terasa. Pada umumnya, jenis asam amino yang memerlukan asupan adalah asam amino essensial, karena tubuh tidak bisa mensintesis atau memproduksi jenis asam amino ini. Sedangkan untuk asam amino non-essenssial, tubuh masih bisa memproduksnya sendiri. Namun dalam beberapa kondisi, seperti saat sakit atau stress, ada beberapa asam amino non-essensial yang tidak bisa di produksi oleh tubuh sehingga memerlukan asupan dari luar, asam amino tersebut dikenal dengan asam amino kondisional.

Pada umunya, suplemen asam amino lebih banyak dikonsumsi oleh mereka yang sedang dalam massa peningkatan massa otot atau dalam program diet. Pernyataan ini berdasarkan penelitian yang diterbitkan dalam "Menopause" tahun 2007 dengan laporan bahwa mengonsumsi suplemen asam amino kedelai selama 3 bulan mampu membantu melawan pertumbuhan lemak perut pada wanita pasca-menopause. konsumsi suplemen asam amino ketika sedang diet rendah kalori akan mampu membakar lemak lebih banyak dibandingkan dengan diet biasa. Sedangkan studi yang dilakukan di University of São Paulo dan diterbitkan dalam edisi Juni 2010 jurnal "Muscle & Nerve" melaporkan bahwa suplemen asam amino leusin pada tikus mampu membantu mencegah kerusakan otot pada otot yang sengaja diimobilisasi. Para peneliti juga menjelaskan bahwa leusin mengurangi ekspresi gen yang memecah otot selama periode tidak aktif. Suplemen bubuk protein seperti whey protein, bubuk protein rami atau protein beras merah banyak memiliki kandungan asam amino esensial yang dibutuhkan oleh tubuh dengan dosis yang sudah ditentukan. Kolagen atau bubuk protein yang terbuat dari kaldu tulang juga merupakan dua pilihan mudah lainnya yang mamiliki kandungan asam amino esensial yang baik.

Sedangkan untuk mereka yang memang sedang dalam masa perawatan atau dalam kondisi tertentu, ada juga suplemen asam amino yang sudah terisolasi, seperti triptofan, leusin atau lisin. Masing-masing suplemen tersebut memiliki manfaatnya sendiri untuk tubuh dan suplemen tersebut sering digunakan sebagai untuk menangani kondisi tertentu seperti depresi, insomnia dll. Namun, apa pun jenis suplemen asam amino yang Anda pilih, pastikan untuk tetap mengikuti dosis yang disarankan agar bisa terhindar dari efek samping yang tidak diinginkan. Jika Anda memang mengalami gejala negatif, maka kurangilah dosisi penggunaan berhentilah untuk mengonsumsi suplemen ini dan berkonsultasilah ke dokter Anda.

B. Penjelasan dan Manfaat BCAA

BCAA adalah singkatan dari Branched-Chain Amino Acids  atau Asam Amino Rantai Bercabang dalam bahasa Indonesia. Dari ke-sembilan asam amino esensial yang telah disebutkan diatas, ada 3 asam amino yang memainkan peranan paling besar dalam mempertahankan dan meningkatkan otot, yaitu leusin, isoleusin, dan valin. Sebanyak 35% dari otot manusia terbentuk karena BCAA dan oleh sebab itu kebutuhan BCAA dalam tubuh manusia harus tetap terpenuhi, terutama bagi mereka yang ingin meningkatkan masa otot. Di sisi lain, BCAA juga dimanfaatkan oleh tubuh untuk membantu pelepasan hormon dan meningkatkan kinerja otak.

    Pendapat Para Peneliti Tentang BCAA

Bagi mereka yang ingin mengurangi waktu pemulihan dan rasa sakit setelah melakukan latihan endurance, seperti lari atau bersepeda, BCAA dapat memberikan jawabannya. Sebuah studi tahun 2000 yang diterbitkan dalam "Journal of Sports Medicine and Physical Fitness" menemukan bahwa suplementasi BCAA dapat mengurangi kerusakan otot yang terkait dengan latihan ketahanan. Makalah lain tahun 2008 yang diterbitkan dalam jurnal yang sama mencatat bahwa suplementasi BCAA dapat membantu pemulihan otot dan membantu mengatur sistem kekebalan tubuh. Dengan kata lain, BCAAA mampu membantu tubuh tubuh dalam melawan penyakit karena kekebalan tubuh seseorang bisa melemah karena latihan yang intens ataupun berkepanjangan.

Selain mampu membantu pemulihan otot, BCAA juga mampu membantu proses hipertrofi otot. Pernyataan bahwa BCAA mampu berkontribusi secara langsung pada hipertrofi dan pemulihan otot di dukung oleh sebuah studi tahun 2010 yang diterbitkan dalam "International Journal of Sport Nutrition and Exercise Metabolism" yang melaporkan bahwa suplementasi BCAA mampu mengurangi efek DOMS (delayed-onset muscle soreness ). Untuk para altlet yang memanfaatkan ketahanannya, suplementasi BCAA telah terbukti mampu meningkatkan Lactate Threshold atau ambang laktat. Ambang laktat adalah suatu titik dimana otot mulai cepat lelah.

Penelitian lainnya datang dari Auburn University yang tertulis dalam “Journal of the International Society of Sports Nutrition” yang meminta para olahragawan untuk mengonsumsi suplemen BCAA dengan kandungan karbohidrat, karbohidrat saja, dan minum air putih. Setelah menjalani latihan angkat beban yang berat, darah mereka diambil dan mereka dievaluasi untuk adanya indikasi nyeri otot. Setelah tiga hari menjalani penelitian ini, para peneliti menyimpulkan bahwa kelompok mereka yang mengonsumsi BCAA dengan tambahan karbohidrat memiliki jumlah kerusakan otot dan rasa sakit yang sama dengan kelompok mereka yang hanya mengonsumsi karbohidrat. Penelitian menarik lainnya dilakukan oleh Dong-Hee Kim di Chonnam National University, Korea  dan tertulis dalam “Journal of Exercise Nutrition & Biochemistry” yang melaporkan bahwa mengonsumsi suplemen BCAA setelah melakukan latihan daya tahan mampu mengurangi kerusakan otot. Hasil penelitian ini setidaknya mampu mengurangi keraguan tentang hasil penelitian sebelumnya.

    Kesimpulan

Penelitian diatas tentu bukan tanpa batasan, semua penelitian diatas hanya dilakukan pada para pria dengan alasan bahwa para wanita memilki siklus perubahan hormon yang terjadi setiap bulan sehingga ada kemungkinan hasil yang berbeda jika melibatkan koresponden wanita. Namun secara garis besar, BCAA sangat berguna untuk membantu tubuh dalam mengatasi kelelahan otot, mempercepat pemulihan tubuh, mengurangi efek DOMS, serta mempertahankan dan meningkatkan masa otot. Beberapa sumber makanan dengan kandungan BCAA bisa ditemukan pada daging tanpa lemak, susu, ikan, dan telur. Namun, jika Anda memutuskan untuk mengonsumsi suplemen BCAA, bacalah secara teliti label kandungan nutrisi yang tertera, karena beberapa suplemen BCAA mengandung rasa buatan, gula buatan, dan pewarna buatan.

Yang paling penting adalah suplemen BCAA tidaklah berbahaya, dan suplemen ini membantu tubuh yang mengalami kesulitan dalam mendapatkan dan memenuhi kebutuhan protein tubuh. Tetapi jika suplemen ini memang terasa menguras dompet Anda, maka lakukanlah latihan yang keras secara rutin dan pastikanlah pola makan Anda sudah benar dan memiliki kandungan protein yang cukup.
 

--- Related Article ---

C. Jadi Lebih Baik Suplemen Asam Amino atau Suplemen BCAA?

Jika Anda sudah membaca dengan seksama tentang apa yang sudah di tulis dia atas, pastinya Anda sudah mendapatkan jawabannya sendiri. Asam amino terbagi menjadi 3 jenis, esensial, non-esensial dan kondisional. Asam amino esensial tidak bisa diproduksi oleh tubuh dan membutuhkan asupan dari luar, asam amino non-esensial mampu diproduksi oleh tubuh dan asam amino kondisional merupakan asam amino yang pada kondisi tertentu tidak bisa diproduksi oleh tubuh. Secara garis besar, keduanya tidak bisa dipisah karena pada akhirnya mereka akan diikat oleh peptida dan menjadi protein.

Karena berkembanganya ilmu pengetahuan, para peneliti menemukan bahwa ke-20 asam amino ini memiliki fungsi yang berbeda-beda didalam tubuh, ada yang berperan penting dalam meningkatkan massa otot, menjaga sistem kekebalan tubuh, meningkatkan neurotransmiter pada otak, dll. Lalu para peneliti menemukan 3 bentuk asam amino esensial yang memiliki peran paling penting dan tidak dapat dipisahkan untuk otot yaitu BCAA (Branched-Chain Amino Acid) atau rantai asam amino bercabang. Lalu para produsen suplemen bergerak untuk menghadirkan suplemen dengan kandungan asam amino dan BCAA agar kebutuhan asam amino ataupun BCAA mereka yang melakukan kegiatan berat bisa terpenuhi.

Kembali pada pertanyaan diatas, jadi lebih baik mana? Maka yang bisa menjawabnya adalah Anda sendiri, karena yang mengerti kebutuhan protein tubuh adalah diri Anda sendiri. Suplemen Asam amino biasa dipilih karena memiliki 20 kandungan asam amino (termasuk BCAA) yang memiliki banyak manfaat untuk tubuh sedangkan suplemen BCAA hanya memiliki 3 kandungan asam amino esensial yang dianggap lebih fokus dalam membantu ketahanan, peningkatan dan kekuatan otot. Jadi, yang mana yang akan Anda pilih?

Itulah penjelasan lengkap tentang Pengertian dan Perbedaan Suplemen BCAA dan Suplemen Amino. Jika masih bingung atau memliki pertanyaan perihal penjelasan diatas, Anda bisa berdiskusi atau bertanya langsung dengan personal trainer kami pada fitur live chat di bawah, Forum Fitness Indonesia atau langsung bergabung di channel grup diskusi kami di bit.ly/SFIDNchatnow.

Referensi:

  1. https://en.wikipedia.org/wiki/Nutrition#Macronutrients
  2. https://www.livescience.com/53044-protein.html
  3. https://www.naturalbalancefoods.com/community/dietary-needs/what-are-macronutrients-micronutrients/
  4. http://www.mckinley.illinois.edu/handouts/macronutrients.htm
  5. https://www.healthline.com/nutrition/glutamine#section7
  6. https://www.healthline.com/nutrition/essential-amino-acids#roles-in-your-body
  7. https://www.britannica.com/science/amino-acid
  8. https://aminoacidsguide.com/
  9. https://www.thoughtco.com/what-are-the-essential-amino-acids-608193
  10. https://www.webmd.com/vitamins/ai/ingredientmono-878/glutamine
  11. https://medlineplus.gov/ency/article/002222.htm
  12. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/12579515/
  13. https://www.livestrong.com/article/337805-possible-side-effects-of-l-proline/
  14. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4155056/
  15. https://www.alzdiscovery.org/cognitive-vitality/ratings/l-serine
  16. https://www.menshealth.com/nutrition/a19545329/branched-chain-amino-acids/
  17. https://www.sportsdietitians.com.au/factsheets/supplements/branched-chain-amino-acids-bcaas/
  18. https://aminoacidsguide.com
  19. https://support.garmin.com/id-ID/?faq=8buMedvX4x6ML5yb9rL5bA
  20. https://www.livestrong.com/article/281646-branch-chain-amino-acid-supplements/
  21. "International Journal of Sports Medicine"; Evidence That the Branched-chain Amino Acid L-valine Prevents Exercise-induced Release of 5-ht in Rat Hippocampus; D. Gomez-Merino, dkk.; Juli 2001
  22. "International Journal of Sport Nutrition and Exercise Metabolism"; Branched-chain Amino Acid Supplementation Before Squat Exercise and Delayed-onset Muscle Soreness; Y. Shimomura, dkk.; Juni 2010
  23. "Journal of Nutritional Science and Vitaminology"; Branched-chain Amino Acid Supplementation Increases the Lactate Threshold During an Incremental Exercise Test in Trained Individuals; K. Matsumoto, dkk.; February 2009
  24. "The Journal of Nutrition"; Manufacture and Use of Dairy Protein Fractions; M.R. Etzel; April 2004
  25. "Journal of Inherited Metabolic Disease"; Inborn Errors of Ketogenesis and Ketone Body Utilization; J.O. Sass; April 2011
  26. "International Journal of Sports Medicine"; Evidence That the Branched-chain Amino Acid L-valine Prevents Exercise-induced Release of 5-ht in Rat Hippocampus; D. Gomez-Merino, dkk.; Juli 2001
  27. "International Journal of Sport Nutrition and Exercise Metabolism"; Branched-chain Amino Acid Supplementation Before Squat Exercise and Delayed-onset Muscle Soreness; Y. Shimomura, dkk.; Juni 2010
  28. "Journal of Nutritional Science and Vitaminology"; Branched-chain Amino Acid Supplementation Increases the Lactate Threshold During an Incremental Exercise Test in Trained Individuals; K. Matsumoto, dkk.; Februari 2009
  29. “The Journal of Nutrition”; Exercise Promotes BCAA Catabolism: Effects of BCAA Supplementation on Skeletal Muscle during Exercise; Yoshiharu Shimomura, dkk; Oktober 2004
  30. “Nutrition and Enhanced Sports Performance”; An Overview on Essential Amino Acids and Branched Chain Amino Acids; José Miguel Martínez Sanz; 2019
  31. “Trends in Biotechnology”; Biological Conversion of Amino Acids to Higher Alcohols; Marwa M. El-Dalatony, dkk.; Januari 2019
  32. “Macedonian pharmaceutical bulletin”; Approved health claims for amino acids in/as food supplements; dkk.; Agustus 2016
  33. “Journal of the International Society of Sports Nutrition”; Dietary Supplements and Sports Performance: Amino Acids; Melvin Williams; November 2005
  34. “American Society for Nutritional Sciences”; Exercise Promotes BCAA Catabolism: Effects of BCAA Supplementation on Skeletal Muscle during Exercise; Yoshiharu Shimomura; 2004
  35. “Canadian Center of Science and Education”; Understanding the Amino Acid Profile of Whey Protein Products; Agustus 2018
  36. “Jurnal Bionatura”; Pengaruh Suplemen Asam Amino Terhadap Ketahanan Dan Kekuatan Otot Mencit Putih (Mus Musculus L.); Ruri Famelia, dkk. Juli 2008
  37. “Journal of Strength and Conditioning Research”; Amino Acid Supplements And Recovery From High-Intensity Resistance Training; Carwyn P.M. Sharp, dkk.; April 2010
  38. ”American Society for Clinical Nutrition”; Essential amino acids are primarily responsible for the amino acid stimulation of muscle protein anabolism in healthy elderly adults; Elena Volpi, Januari 2003
  39. “Journal of the International Society of Sports Nutrition”; Amino acid supplementation and impact on immune function in the context of exercise; Cruzat, dkk.; 2014
  40. “Genome Biology”; The genetic basis of alcoholism: multiple phenotypes, many genes, complex networks; Tatiana V Morozova; 2012
  41. “Journal of Psychiatric Research”; Different serine and glycine metabolism in patients with schizophrenia receiving clozapine; Maret 2012
  42. “Journal of Exercise Nutrition and Biochemistry”; Effect of BCAA intake during endurance exercises on fatigue substances, muscle damage substances, and energy metabolism substances; Jaromir Hons; November 2013
  43. “The WHO Technical Report Series”; Protein And Amino Acid Requirements In Human Nutrition; United Nation University; 2007
  44. “Journal Of Human Sport & Exercise”; Study on the essential amino acid’s supplements with absorption patterns in the improvement of the performance for sportspeople: GFS Amino; José Antonio Pérez-Turpin; Juni 2018
  45. “Hepatology Research”; How to select BCAA preparations; Akinobu Kato; November 2004
  46. “Medicine & Science In Sports & Exercise”; Effects of Amino Acids Supplement on Physiological Adaptations to Resistance Training; November 2008
  47. “Nature Communications”; Asparagine promotes cancer cell proliferation through use as an amino acid exchange factor; April 2016
  48. “Trends in Biochemical Sciences”; Serine and glycine metabolism in cancer; Ivano Amelio; April 2014
  49. “Journal of the International Society of Sports Nutrition”; Wesley C. Kephart, dkk.; Post-exercise branched chain amino acid supplementation does not affect recovery markers following three consecutive high intensity resistance training bouts compared to carbohydrate supplementation; 2016
  50. “Sports Science Exchange” Branched-Chain Amino Acid Supplementation To Support Muscle Anabolism Following Exercise; 2017

 
0 Comment
Leave Your Comment

Latest Article