sfidn - Benzodiazepin 101: Manfaat, Jenis, dan Efek Samping

Benzodiazepin 101: Manfaat, Jenis, dan Efek Samping

sfidn.com – Benzodiazepin adalah jenis obat penenang yang cukup populer. Dikenal juga dengan sebutan Valium atau Xanax, obat ini ternyata sering disalahgunakan. Jika orang menggunakannya tanpa resep, dapat berdampak pada kesehatan fisik, emosional, karir, dan hubungan sosialnya. 

Alprazolam dan clonazepam adalah dua jenis benzodiazepin yang paling sering ditemui di pasar gelap.

Obat seperti apa sebenarnya benzodiazepin itu? Mari cek ulasan lengkapnya dalam artikel ini!

Apa itu benzodiazepin?

Benzodiazepin adalah kelas obat yang fungsi utamanya untuk mengobati kecemasan pada anak-anak dan orang dewasa. Biasanya, obat ini diberikan secara oral atau intravena. Beberapa juga tersedia dalam bentuk gel topikal atau semprotan hidung.

Jenis benzodiazepin

Berikut beberapa jenis benzodiazepin umum dan kondisi yang telah disetujui oleh Food and Drug Administration (FDA) untuk diobati:

  • Alprazolam (Xanax, Xanax XR): kecemasan atau gangguan serangan panik.
  • Chlordiazepoxide (Librium): kecemasan atau gejala penarikan alkohol.
  • Clonazepam (Klonopin): kejang atau gangguan serangan panik.
  • Diazepam (Diastat, Valium, Valtoco): kecemasan, gejala penarikan alkohol, dan kejang.
  • Lorazepam (Ativan, Loreev XR): kecemasan.
  • Temazepam (Restoril): pengobatan insomnia jangka pendek (7-10 hari).
  • Triazolam (Halcion): pengobatan insomnia jangka pendek (7-10 hari).

Manfaat benzodiazepin

Benzodiazepin bermanfaat bagi mereka yang mengalami:

  • Gangguan kecemasan.
  • Insomnia.
  • Gangguan serangan panik.
  • Kejang.
  • Pikiran balap.
  • Gejala penarikan alkohol.
  • Banyak membicarakan hal yang tidak biasa.
  • Peningkatan aktivitas.
  • Agitasi (perasaan gugup, gelisah, dan jengkel yang membuat seseorang meremas-remas tangan atau bergerak mondar-mandir tanpa henti).

Obat ini juga dapat digunakan untuk persiapan prosedur medis, termasuk:

  • Mendorong amnesia untuk prosedur yang tidak nyaman.
  • Diberikan sebelum anestesi (seperti sebelum operasi).

Mekanisme kerja benzodiazepin 

Benzodiazepin bekerja dengan meningkatkan asam gamma-aminobutirat (GABA), yaitu neurotransmitter (pembawa pesan kimia di otak)  yang mengirimkan pesan menenangkan ke tubuh. 

Ketika Anda merasa cemas, otak Anda sedang mengalami overstimulasi. Dengan menggunakan benzodiazepin, otak akan mengirim pesan untuk melawan rangsangan yang berlebihan tersebut, sehingga memperlambat kerja saraf, dan akhirnya dapat meredakan kecemasan Anda. 

Ingatlah bahwa meskipun obat ini memiliki keuntungan efek yang cepat, tetapi tidak dianjurkan untuk penggunaan rutin atau jangka panjang.

Menurut sebuah studi tahun 2013, masing-masing benzodiazepin memiliki waktu paruh yang berbeda.

Waktu paruh merupakan jumlah waktu yang berlalu sebelum hanya setengah dari dosis obat yang tetap aktif di tubuh Anda. Contohnya:

  • Triazolam: memiliki waktu paruh rata-rata 1-12 jam. 
  • Alprazolam, clonazepam, dan lorazepam: memiliki waktu paruh rata-rata 12-40 jam.
  • Chlordiazepoxide dan diazepam: memiliki waktu paruh rata-rata 40-250 jam. 

Kapan saya bisa diresepkan benzodiazepin?

Pada dasarnya, benzodiazepin hanya diresepkan untuk mengobati kecemasan atau insomnia parah dan memiliki dampak signifikan pada kehidupan sehari-hari Anda.

Dalam beberapa situasi, pengobatan benzodiazepin mungkin bukan yang paling efektif, misalnya jika Anda mengalami duka cita, karena dapat mematikan emosi dan menghentikan Anda dari berduka dengan benar.

Namun, di sisi lain, Anda mungkin juga tidak bisa tidur karena kesedihan atau kecemasan tersebut, sehingga mengambilnya untuk waktu yang singkat dapat membantu Anda lebih tenang, rileks, dan berangsur pulih.

Seberapa sering mengonsumsi benzodiazepin?

Dilansir dari Mind (2021), kemungkinan benzodiazepin paling efektif jika diminum dalam dosis sekali pakai. Obat ini juga efektif sebagai pengobatan jangka pendek selama beberapa minggu.

Dalam hal ini, dokter biasanya akan menyarankan Anda untuk:

  • Tidak meminumnya setiap hari.
  • Mengambilnya tidak lebih dari 4 minggu.

Obat-obatan ini cenderung tidak bekerja jika Anda meminumnya secara terus-menerus selama lebih dari beberapa minggu. Mengapa? Karena otak bisa terbiasa dengan efeknya. Akibatnya, saat Anda berhenti meminumnya, otak Anda menjadi sangat sensitif terhadap bahan kimia otak alami.

Namun dalam beberapa kasus, dokter mungkin meresepkannya dengan dosis rendah untuk waktu yang lebih lama, sebagai langkah pengobatan terbaik bagi orang-orang dengan kondisi tertentu.

Siapa yang harus menghindari penggunaan benzodiazepin?

Dokter biasanya tidak akan meresepkan benzodiazepin jika Anda memiliki:

  • Penyakit paru-paru atau masalah pernapasan yang parah.
  • Sleep apnea (masalah pernapasan saat tidur).
  • Penyakit hati atau ginjal yang parah.
  • Miastenia gravis (kondisi neuromuskular) yang parah dan tidak terkontrol.

Dokter juga mungkin berhati-hati dalam menawarkan benzodiazepin jika Anda memiliki:

  • Masalah dada dan paru-paru.
  • Kelemahan otot.
  • Riwayat penyalahgunaan alkohol atau narkoba.
  • Diagnosis gangguan kepribadian.

Selain itu, dokter harus meresepkan dosis benzodiazepin yang dikurangi jika Anda memiliki:

  • Masalah hati atau ginjal.
  • Porfiria (penyakit bawaan yang langka).

Pemberian benzodiazepin juga mungkin tergantung pada usia dan kondisi seperti:

  • Orang berusia 65 tahun ke atas harus menghindari benzodiazepin, karena berisiko tinggi mengalami efek samping seperti masalah memori dan jatuh.
  • Mengambil benzodiazepin selama kehamilan telah dikaitkan dengan kelahiran prematur, berat badan lahir rendah, serta peningkatan risiko gangguan perkembangan dan cacat jantung.

Benzodiazepin juga dapat memperburuk beberapa kondisi, seperti:

  • Depresi.
  • Fibromialgia.
  • Hipoksia (kadar oksigen rendah di dalam jaringan) akibat:
  • Asma.
  • Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK).
  • Apnea tidur.

Dosis

Sebuah studi tahun 2019 menemukan bahwa orang dengan kecemasan parah dan gangguan serangan panik harus diberi resep benzodiazepin dosis efektif terendah selama tidak lebih dari 2-4 minggu. Sementara untuk orang dengan insomnia, harus diresepkan dosis rendah hingga 1 minggu.

Perhatian!
Terlalu banyak mengambil benzodiazepin dapat membahayakan tubuh, dan mencampurnya dengan alkohol atau zat lain dapat berakibat fatal. Pastikan untuk tidak menggunakan obat ini tanpa pengawasan dokter.

Efek samping benzodiazepin

Secara umum, penggunaannya dalam jangka pendek aman dan efektif. Namun dalam jangka panjang, dapat menyebabkan toleransi, ketergantungan, dan efek samping lainnya. Oleh sebab itu, obat ini terbatas pada penggunaan jangka pendek saja untuk menghilangkan gejala sementara.

Beberapa efek samping umum dari benzodiazepin yang sering diresepkan mencakup:

  • Kantuk.
  • Pusing.
  • Sakit kepala.
  • Mual atau gugup.
  • Pernapasan lambat dan tidak efektif.

Adapun efek samping yang jarang mungkin termasuk:

  • Kebingungan.
  • Detak jantung tidak teratur.
  • Perilaku bermusuhan dan agresif.
  • Halusinasi.
  • Penglihatan ganda.
  • Amnesia.
  • Ruam.
  • Perubahan dalam gairah seks.
  • Kesulitan buang air kecil.

Peringatan FDA

Obat ini memiliki peringatan kotak hitam (black box), yang artinya peringatan paling serius dari Food and Drug Administration (FDA), karena efek obatnya yang mungkin berbahaya. 

Jadi, pastikan agar Anda:

  • Tidak mengonsumsinya dengan opioid, kecuali tidak ada pilihan pengobatan lain yang tersedia.
  • Tidak berhenti minum obat ini secara tiba-tiba, sebab penarikan dapat mengancam jiwa.
  • Tidak menyalahgunakannya, karena dapat menyebabkan kecanduan, risiko overdosis, bahkan kematian.
  • Hanya minum benzodiazepin sesuai dengan resep dokter.

Itulah informasi yang perlu Anda ketahui terkait penggunaan benzodiazepin. Tanyakan pula kepada dokter Anda apakah aman mengonsumsinya jika Anda mengemudi, mengoperasikan mesin, atau melakukan aktivitas yang memerlukan fokus tinggi. 

Selalu konsultasikan dengan profesional kesehatan jika Anda memiliki kekhawatiran tentang penggunaan obat ini dengan aman. 

--- Related Article ---

 

Referensi:

  • ADF (2021). What are Benzodiazepines?
  • DEA (2020). Benzodiazepines.
  • Government of Canada (2021). Benzodiazepines.
  • Griffin et al. 2013. Benzodiazepine pharmacology and central nervous system-mediated effects. Ochsner J. 13 (2): 214-223.
  • Healthline (2022). Benzodiazepines.
  • Kieran MK dan O’Riordan J. 2019. Prescribing benzodiazepines in general practice. British Journal of General Practice. 69 (680): 152-153.
  • Medical News Today (2020). The Benefits and Risks of Benzodiazepines.
  • Mind (2021). What are Benzodiazepines?
  • National Institute on Drug Abuse (2022). Benzodiazepines and Opioids.
  • RxList (2022). Benzodiazepines Drug Class.
  • WebMD (2021). Benzodiazepine Abuse.

 
Tags:
#sfidn  #benzodiazepin  #mekanisme kerja benzodiazepin  #dosis benzodiazepin  #indikasi benzodiazepin  #efek samping benzodiazepin  #benzodiazepine adalah 
0 Comment
Leave Your Comment

Latest Article