sfidn - Binge Eating Disorder: Penyebab, Gejala, dan Cara Mengatasinya

Binge Eating Disorder: Penyebab, Gejala, dan Cara Mengatasinya

sfidn.com – Apakah Anda pernah mendengar binge eating disorder (BED)? Yups, ini adalah jenis gangguan makan yang telah diakui sebagai diagnosis resmi. Meskipun sebagian orang masih awam dengan jenis gangguan ini, tetapi perlu diingat bahwa BED dapat menyebabkan komplikasi lain terkait diet, seperti diabetes dan kolesterol tinggi.

Binge eating disorder (BED) bukanlah perkara makanan saja, melainkan juga berpengaruh terhadap kejiwaan seseorang, seperti kecemasan, stres, hingga depresi.

Yuk, kenali lebih jauh tentang gangguan ini, agar Anda tahu apa saja gejala, faktor penyebab, komplikasi, dan cara mengatasinya!

Apa itu binge eating disorder (BED)?

Melansir dari laman WebMD, binge eating disorder (BED) adalah gangguan makan berlebihan secara kompulsif. Seseorang yang melakukan ‘makan berlebihan’ ini akan menggunakan makanan sebagai cara untuk meredakan emosi atau stresnya.

Jika Anda mengalami BED, Anda bisa saja mengonsumsi banyak makanan dalam waktu singkat, meskipun tidak lapar. Di sisi lain, Anda mungkin akan merasakan perasaan lega selama makan berlebihan, tetapi menjadi malu atau kehilangan kendali setelahnya.

Gejala

Untuk menegakkan diagnosis BED, seorang profesional kesehatan harus melihat 3 atau lebih dari gejala berikut, yaitu seseorang makan:

  • Jauh lebih cepat dari biasanya.
  • Terus-terusan, meskipun sudah kenyang.
  • Dalam jumlah banyak, meskipun tidak lapar.
  • Seorang diri tanpa teman, karena merasa malu.
  • Dengan perasaan bersalah atau jijik dengan dirinya sendiri.
  • Seseorang dengan BED akan sering merasa tidak bahagia atau tertekan, karena makan berlebihan, bentuk tubuh, maupun berat badannya.

Ingatlah, BED tidak sama dengan Anda makan banyak saat ada acara khusus atau hari libur. Selain itu, tidak sama seperti bulimia yang memuntahkan kembali makanannya, atau banyak berolahraga setelah makan berlebihan.

Penyebab binge eating disorder

Hingga saat ini, penyebab binge eating disorder (BED) tidak diketahui secara pasti. Meskipun begitu, dilansir dari Healthline, ada beberapa faktor risiko yang memicu BED, di antaranya:

1. Genetika

Penderita BED lebih mungkin mengalami peningkatan sensitivitas dopamin, yaitu senyawa kimia di otak yang berperan memberikan perasaan senang. Akibatnya, berpengaruh terhadap perilaku makannya.

2. Jenis kelamin

BED lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan pria. Hal ini juga didukung oleh sebuah tinjauan pustaka yang diterbitkan oleh CDK tahun 2016, yang menjelaskan bahwa BED lebih sering dialami oleh wanita (3,5-4%) dibandingkan pria (2%).

Pada pria, BED lebih sering terjadi saat berusia 45-59 tahun, sedangkan wanita pada usia 18-29 tahun.

3. Perubahan di otak

Penderita BED mungkin juga mengalami perubahan pada struktur otaknya. Akibatnya, terjadi peningkatan respons dan ketidakmampuan dalam mengendalikan diri terhadap makanan.

4. Ukuran badan

Umumnya, penderita BED juga mengalami overweight (21-48%), obesitas (5-30%), dan severe obesity yang menjalani perawatan medis (50-75%). Inilah mengapa berat badan juga turut berisiko terhadap binge eating disorder (BED).

5. Citra tubuh

Sering kali, orang dengan BED memiliki citra tubuh yang sangat negatif, misalnya ketidakpuasan terhadap tubuh dan dietnya yang berkontribusi pada perkembangan BED.

6. Trauma emosional

Seseorang yang mengalami kehidupan penuh tekanan dapat memicu terjadinya binge eating disorder (BED). Misalnya saja, pelecehan, kematian, masalah keluarga, kecelakaan mobil, atau penindasan pada masa kanak-kanak karena berat badannya.

7. Kondisi psikologis lainnya

Memang, penyebab BED masih belum diketahui dengan pasti. Namun, suatu episode binge eating bisa saja dipicu oleh berbagai faktor, meliputi genetik, sosial, lingkungan, dan kondisi psikologis.

Hampir 80% penderita BED memiliki setidaknya satu gangguan psikologis lainnya, seperti fobia, depresi, gangguan stres pascatrauma (PTSD), gangguan bipolar, kecemasan, atau penyalahgunaan zat.

Komplikasi BED

BED yang tidak segera ditangani dengan baik dapat menyebabkan penderitanya mengalami berbagai masalah kesehatan lain. Ini mungkin melibatkan masalah psikologis dan fisik terkait binge eating disorder, termasuk:

  • Memburuknya kualitas hidup.
  • Bermasalah di tempat kerja, kehidupan pribadi, dan atau lingkungan sosialnya.
  • Merasa terisolasi.
  • Kegemukan.
  • Komplikasi yang berkaitan dengan obesitas, seperti masalah sendi, penyakit jantung, diabetes tipe 2, gastroesophageal reflux (GERD), dan gangguan pernapasan terkait tidur.
  • Berisiko mengalami gangguan kejiwaan, seperti depresi, gangguan bipolar, kegelisahan, dan gangguan penggunaan zat.

Apa saja pengobatan binge eating disorder (BED)?

Pengobatan binge eating disorder (BED) bertujuan untuk mengurangi makan berlebihan hingga mencapai kebiasaan makan yang sehat. Karena BED juga berkaitan dengan rasa malu, citra diri yang negatif, dan kondisi psikologis lainnya, pengobatan BED juga bertujuan untuk mengatasi kondisi kesehatan mental. 

Dilansir dari Mayo Clinic, beberapa langkah pengobatan BED yang mungkin diberikan oleh seorang profesional kesehatan adalah:

1. Psikoterapi

Menjalani psikoterapi, baik dalam sesi individu atau kelompok, dapat membantu mengajari Anda mengganti kebiasaan tidak sehat dengan kebiasaan sehat dan mengurangi episode binge eating.

Contoh psikoterapi meliputi:

  • Terapi perilaku kognitif (CBT): membantu mengatasi masalah yang dapat memicu episode makan berlebihan, seperti citra negatif tentang tubuh atau suasana hati yang tertekan dengan lebih baik.
  • Psikoterapi interpersonal: berfokus pada hubungan Anda dengan orang lain. Terapi ini dapat membantu mengurangi binge eating disorder (BED) yang dipicu oleh hubungan dan komunikasi yang tidak sehat.
  • Terapi perilaku dialektis: membantu menoleransi stres, mengatur emosi, dan meningkatkan hubungan dengan orang lain, sehingga berpengaruh terhadap keinginan untuk makan berlebihan.

2. Obat-obatan

BED juga dapat dibantu dengan obat-obatan. Lisdexamfetamine dimesylate adalah obat gangguan attention-deficit hyperactivity (ADHD) yang disetujui FDA untuk mengobati BED tingkat sedang hingga parah pada orang dewasa.

Sayangnya, obat ini dapat menyebabkan ketergantungan dan sering disalahgunakan. Efek samping umum lainnya, termasuk mulut kering dan insomnia.

Beberapa jenis obat lain yang dapat membantu mengurangi gejala BED, termasuk:

  • Topiramate (Topamax), antikonvulsan: untuk mengurangi episode binge eating. Efek sampingnya seperti pusing, gugup, mengantuk, dan kesulitan berkonsentrasi.
  • Antidepresan, dapat mengurangi makan berlebihan yang diduga berkaitan dengan pengaruhnya terhadap bahan kimia otak tertentu yang terkait suasana hati.

Obat-obatan mungkin dapat membantu mengontrol episode makan berlebihan, tetapi mungkin tidak berdampak banyak pada penurunan berat badan.

3. Program penurunan berat badan

Sebagian besar, penderita BED memiliki pengalaman yang gagal saat menurunkan berat badannya.

Walaupun begitu, program penurunan berat badan biasanya tidak disarankan sampai binge eating disorder (BED) teratasi dengan baik. Ini disebabkan diet dapat memicu lebih banyak episode makan berlebihan, sehingga membuat penurunan berat badan tidak berhasil.

Segeralah atasi binge eating disorder (BED) sebelum mendatangkan komplikasi yang lebih serius. Ingat, pengobatannya harus dilakukan di bawah pengawasan profesional kesehatan, termasuk dokter, ahli gizi/dietisien, dan psikolog/psikiater.

 

--- Related Article ---

 

Referensi:

  • Goutama IL. 2016. Pendekatan klinis binge eating disorder. Cermin Dunia Kedokteran (CDK). 43: 12.
  • Healthline (2019). Binge Eating Disorder: Symptoms, Causes, and Asking for Help.
  • Hudson et al. 2007. The prevalence and correlates of eating disorders in the National Comorbidity Survey Replication. Biol Psychiatry. 61 (3): 348-58. 
  • Mayo Clinic (2018). Binge-Eating Disorder.
  • WebMD. Your Guide to Binge Eating Disorder.

 
Tags:
#sfidn  #binge eating  #binge eating disorder  #binge eating disorder adalah  #apa itu binge eating disorder  #cara mengatasi binge eating disorder  #gangguan makan berlebihan  #gangguan makan  #eating disorder 
0 Comment
Leave Your Comment

Latest Article